Powered By Blogger

Sabtu, 17 Januari 2009

Bersedekah


Jika segala sesuatu yang berkaitan dengan amal perbuatan, hampir dipastikan ada sisi positif dan negatif, namun tidak demikian halnya dengan sedekah. sedekah merupakan amal perbuatan yang dilihat dari sudut pandang manapun, yang terlihat adalah sisi baik dan positif. Baik dari pihak yang mengeluarkan sedekah, maupun dari pihak orang-orang yang diberikan sedekah.

Dan perlu diketahui bahwa untuk menjadi seorang muslim yang dermawan, tidak harus menunggu datangnya harta berlimpah dan menyulap dirinya menjadi kaya raya terlebih dahulu. sebab orang yang hidupnya pas-passan pun, bisa mendadak menjadi seorang dermawan bila dirinya mau sedikit berbagi dengan saudaranya yang muslim.

Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang memberi makanan roti pada saudaranya (yang muslim) sehingga membikinnya kenyang, dan memberinya minuman air sehingga menyegarkannya, maka Allah menjauhkan kepada orang yang memberi dari siksaan api neraka dengan jarak tujuh parit, setiap parit sekitar tujuh ratus tahun perjalanan (HR. An-Nasa'i dan Al-Hakim).

Dengan demikian, untuk mengambil sisi baiknya dari keagungan dibalik sedekah, tidak usahlah seseorang menunggu harta menumpuk. sebab tidak ada himbauan untuk mengumpulkan harta terlebih dahulu, baru bersedekah. Agar lebih mantap lagi, tak ada salahnya kita berkaca pada orang-orang yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tangguh, sehingga tak ada setitikpun rasa sayang terhadap harta benda, yang membuat mereka terhalangi dari kebaikan sedekah.

Baca Selengkapnya...

Kamis, 15 Januari 2009

Indahnya Pahala Menahan Amarah

"Siapa yang menahan marah, padahal ia boleh melepaskan kemarahannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk.Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)
Tingkat kekuatan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda. Ada yang mampu menghadapi kesusahan dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja dianggapnya begitu besar. Semuanya bergantung pada kekuatan ma'nawiyah (keimananan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia yang berbagai : keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menghadapi orang lain dengan sikap pemaaf, tenang,dan lapang dada.

Adakalanya, kita merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita hilang sedar. Kita merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na'udzubillah .
Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi saw. Dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, "Aku berbuat baik padamu."

Badwi itu berkata, "Pemberianmu tidak bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu ngerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi saw. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa Barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, "Aku berbuat baik padamu?" Badwi itu berkata, "Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."
Keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, "Nah,kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya layan dengan baik, maka ia selamat."
Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan redha.

Rasulullah saw memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah sikapnya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian.
Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, baginda ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun.
Adakalanya, Rasulullah saw. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi melainkan karena kehormatan agama Allah.

Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa),dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR.Bukhari) Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi)
Seorang yang mampu mengawal nafsu ketika marahnya memuncak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan, maka orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.
Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil.

Dan, seorang pemimpin yang mudah tersalut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Lalu ia akan sentiasa menimbulkan sikap permusuhan dalam masyarakatnya.
Begitu juga pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Mereka tidak akan mampu melayarkan bahtera hidup. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan subur dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesedaran dan kemurahan hatinya.
Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.
Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut.
Wajib baginya,melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati.Seperti, ujub dan takabur, riak, sum'ah, dusta, mengumpat dan lain sebagainya.
Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan darjat yang tinggi di sisi Allah swt.

Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, "Apakah tiada lebih baik saya memberitahu tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?" Para sahabat menjawab, "Baik, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bersabda, "Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau." (HR. Thabrani)

Sabdanya juga, "Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya.
Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk)." (HR. Abu Dawud)


Baca Selengkapnya...

Rabu, 07 Januari 2009

Harta Bukan Segalanya, Tapi...


Harta memang bukan segalanya di dunia ini. Harga diri dan pendirian terhadap suatu agama dan kepercayaan tidak bisa dibeli dengan harta. Akan tetapi beribadah juga memerlukan harta dan benda. Sebagai contoh kita sholat, kita membutuhkan perlengkapan sholat yang dibeli dengan uang. Dan bentuk ibadah-ibadah lain seperti, Zakat, sodaqoh, korban hewan dan haji, semua itu butuh uang. Betul ga para netter sekalian??

Karena alasan di atas saya mendirikan Bisnis Online Islami di www.nafasislami.com untuk mendatangkan rezeki halal dalam Reseller Syariah Program. Program ini adalah keanggotaan www.nafasislami.com dan menjual ebook Formula Pelancar Rezeki (FPR) seharga Rp. 100.000,- , anda berhak mendapat komisi bagi hasil sebesar 50% yaitu Rp. 50.000,- setiap ebook yang terjual atas rekomendasi anda.

Kenapa saya namakan Reseller Syariah Program?? Sebagai gambaran saya contohkan bank konvensional dengan bank syariah, kedua-duanya mempunyai mekanisme yang sama. Akan tetapi yang membedakan adalah nama atau istilah perbankan dan niatnya. Apakah para netter sudah menangkap maksud saya?? Jika belum, akan saya jelaskan lagi. Di bank konvensional terdapat istilah bunga pada setiap penyimpanan dan peminjaman uang. Bunga adalah prosentase uang yang diterima atau dikeluarkan oleh nasabah karena menggunakan jasa bank tersebut. Dalam pandangan Islam bunga ini hukumnya haram karena mengandung unsur riba. Maka mulai bermunculan bank-bank yang segala sistemnya didasarkan pada hukum Islam. Dan bank-bank ini menyebut dirinya bank syariah. Dalam bank ini istilah bunga diganti dengan istilah bagi hasil dari setiap penyimpanan dan peminjaman uang. Bagi hasil ini artinya sama yaitu prosentase uang yang diterima atau dikeluarkan oleh nasabah karena telah bekerja sama dengan bank syariah tersebut.

Begitu juga sama dengan Bisnis online islami yang diusung oleh www.nafasislami.com. Yang merupakan bisnis online untuk mendapatkan uang lewat jaringan internet. Mekanisme dan caranya pun hampir sama, yang membedakan adalah istilah dan niatnya. Istilah yang digunakan oleh www.nafasislami.com adalah Reseller Syariah Program dan niatnya adalah untuk mendapatkan uang halal yang akan digunakan untuk keperluan ibadah di dunia. Saya menyebut orang yang menjalankan bisnis online islami ini adalah Syariah Marketer. Sedangkan dalam bisnis online lainnya disebut Affiliasi Program, orangnya disebut Affiliate Marketer, yaitu mendapatkan komisi sebesar prosentase yang disepakati, jika Affiliate Marketer tersebut berhasil menjual barang dan jasa atau mendatangkan member baru untuk situs tersebut.

Sekarang kita sudah tahu apa yang dimaksud dengan ‘Reseller Syariah Program’, dan tentunya kita ingin tahu BAGAIMANA cara kerja bisnis ini di internet sehingga kita bisa menghasilkan keuntungan! Saya akan mengajarkan ini pada Anda dari mulai yang paling sederhana alias paling dasar.
Dalam bisnis online islami, semua syariah marketer melakukan penjualan melalui ‘link khusus’ atau dikenal dengan istilah ‘syariah link’. Syariah link ini diberikan oleh syariah merchant (pemilik barang/jasa). Cara kerja syariah link adalah sebagai berikut:

1.Kita sudah menemukan sebuah produk online di www.nafasislami.com yang ingin kita jual. Pada web site tersebut terdapat penawaran Reseller Syariah Program. Program ini menawarkan kepada kita komisi bagi hasil 50% untuk setiap penjualan yang kita hasilkan.

2.Kita kemudian mendaftarkan diri untuk menjadi member di www.nafasislami.com dan mendapatkan hak untuk mengikuti Reseller Syariah Program. Caranya dengan mengisi sebuah form. Syariah merchant akan meminta kita untuk mengisi userid dan password ini adalah untuk kita masuk ke member area. Kemudian mengisi nama, alamat lengkap, email, nomor telepon, dan nomor Rekening bank (digunakan untuk pembagian komisi bagi hasil).

3.Setelah kita mengisi form kemudian meng-klik tombol order. Maka kita akan diberi tahu agar mentransfer pembayaran kepada 2 rekening, Rekening pengelola dan rekening reseller syariah sebesar masing-masing 50%.

4.Setelah kita mentransfer pembayaran segera lakukan konfirmasi dengan SMS ke pengelola dan reseller syariah kita. (konfirmasi: userid anda/nama bank/nomer rekening/nilai transfer)

5.Setelah member area kita di aktifasi, kita bisa mengakses member area untuk mendownload ebook Formula Pelancar Rezeki (Rahasia Al-Quran dan Al-Hadits untuk mendapatkan rezeki melimpah) beserta bonus-bonusnya.

6.Dalam member area pada kolom Reseller area, Syariah merchant (pengelola) akan memberikan sebuah ‘syariah link’ untuk kita. Link sebagai berikut: http://www.nafasislami.com/?id=useridanada Tugas kita selanjutnya adalah mempromosikan syariah link tersebut.
Misalnya saja dengan cara menempatkan link itu di web site kita atau di email signature, dengan harapan ada orang yang akan ‘mengklik’ dan MEMBELI produk/jasa yang kita pasarkan tersebut. Tapi ingat lho! Orang ini HARUS benar-benar melakukan pembelian.

7.Selanjutnya kita pun mendapatkan komisi bagi hasil sebesar 50%.

Dan insyaAlloh jika niat kita menjalankan bisnis online islami ini dengan niat yang baik dan uang yang dihasilkan akan digunakan untuk hal-hal yang baik pula, maka insyaAlloh bermanfaat dan berkah. Tujuan kita untuk kebahagiaan hakiki pasti akan terkabul.

Baca Selengkapnya...

Selasa, 06 Januari 2009

Nikmat Dunia



Keluarga kita…
Keadaan Fisik kita…
Kesehatan kita…
Harta benda kita…
Setiap nafas kita…
Setiap gerak kita…
Setiap ucapan kita…

Semua itu adalah modal kita untuk beribadah mengharap ridho Alloh SWT.

Semua nikmat telah kita terima dengan gratis, sebagai contoh kita bernafas. Apakah Alloh SWT mengenakan tarif biaya pada manusia untuk setiap nafasnya?? Tidak bukan… kita dengan bebasnya menghirup udara Alloh SWT. Andaikan udara ini berbayar sudah berapa uang yang kita keluarkan dan berapa tabung udara kita habiskan. Luar biasa nikmat yang diberikan Alloh SWT.

Seringkali manusia terperangkap tipu daya dunia, sebagai tokoh utamanya yaitu setan. Manusia seringkali lupa akan nikmat yang telah diberikan, serba kekurangan dengan apa yang telah diterima. Andaikan mereka sadar dengan apa yang sudah mereka miliki bisa digunakan sepenuhnya untuk beribadah hanya karena Alloh SWT. Kunci inilah yang dapat membawa manusia ke puncak sukses dengan segala rezeki halal yang akan Alloh SWT berikan.

Dengan kata lain, untuk saya pribadi dan para pembaca, bahwasanya jalan untuk mendapatkan kesenangan, kebahagiaan duniawi dan mengalirnya rezeki yang tiada henti adalah dengan menggunakan serta memanfaatkan segala apa yang telah kita miliki, sebagai ladang amal, kita gunakan untuk sarana ibadah mengharap ridho Alloh SWT. Niatkan apa yang kita perbuat dan lakukan hanya karena Alloh SWT dan mengharap ridho-Nya.


Baca Selengkapnya...

Jumat, 02 Januari 2009

Mensyukuri Nikmat Alloh SWT


Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Dan jika Kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku..."." (Fushshilat: 50)
Dalam menafsirkan ayat ini, Mujahid mengatakan: "Ini adalah karena usahaku, dan akulah yang berhak dengannya."
Dan Ibnu 'Abbas mengatakan: "Maksudnya: Ini adalah dari diriku sendiri.

Dan firman Allah (artinya):
"(Qarun) berkata: Sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku." (Al-Qashash: 78)
Qatadah dalam menafsirkan ayat ini- mengatakan: "Maksudnya: Karena pengetahuanku tentang cara-cara berusaha." Ahli tafsir lainnya mengatakan: "Karena Allah mengetahui bahwa aku adalah yang patut untuk menerima harta kekayaan itu", dan inilah makna dari kata-kata Mujahid: "Aku diberi kekayaan ini, atas kemuliaan(ku)."
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya, ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu: penderita lepra, orang berkepala botak, dan orang buta. Allah ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat. Pertama, datanglah malaikat itu kepada si penderita lepra dan bertanya kepadanya: "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?" Ia menjawab: "Rupa yang elok, kulit yang indah dan apa yang telah menjijikkan orang-orang ini hilang dari tubuhku." Maka diusaplah penderita lepra itu dan hilanglah penyakit yang dideritanya serta diberilah ia rupa yang elok dan kulit yang indah. Malaikat pun bertanya lagi kepadanya: "Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?" Jawabnya: "Unta atau sapi." Maka diberilah ia seekor unta yang bunting dan didoakan: "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini."
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak dan bertanya kepadanya: "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?" Ia menjawab: "Rambut yang indah dan hilang dari kepalaku apa yang telah menjijikkan orang-orang." Maka diusaplah kepalanya dan ketika itu hilanglah penyakitnya serta diberilah ia rambut yang indah. Malaikat pun bertanya lagi kepadanya: "Kekayaan apa yang paling kamu senangi?" Jawabnya: "Sapi atau unta." Maka diberilah ia seekor sapi bunting dan didoakan: "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan sapi ini."
Selanjutnya malaikat tadi mendatangi si buta dan bertanya kepadanya: "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?" Ia menjawab: "Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang." Maka diusaplah wajahnya dan ketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya. Malaikat pun bertanya lagi kepadanya: "Lalu, kekayaan apa yang paling kamu senangi?" Jawabnya: "Kambing." Maka diberilah ia seekor kambing bunting.
Lalu, berkembang biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama mempunyai selembah unta, yang kedua mempunyai selembah sapi, dan yang ketiga mempunyai selembah kambing."
Sabda Nabi selanjutnya:
"Kemudian, datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita lepra dengan menyerupai dirinya, dan berkata: "Aku seorang miskin, telah terputus segala jalanku bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Demi Allah yang telah memberi Anda rupa yang elok, kulit yang indah dan kekayaan ini, aku minta kepada Anda seekor unta saja untuk bekal melanjutkan perjalananku." Tetapi dijawab: "Hak-hak (tanggunganku) banyak." Malaikat yang menyerupai orang penderita lepra itu pun berkata kepadanya: "Sepertinya aku mengenal Anda. Bukankah Anda ini yang dulu menderita lepra, orang-orang jijik kepada Anda, lagi pula melarat, lalu Allah 'Azza wa Jalla memberi Anda kekayaan?" Dia malah menjawab: Sungguh, harta kekayaan ini hanyalah aku warisi turun-temurun dari nenek-moyangku yang mulia lagi terhormat. Maka malaikat itu berkata kepadanya: Jika Anda berkata dusta, niscaya Allah mengembalikan Anda kepada keadaan Anda semula.
Lalu, malaikat tersebut mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak dengan menyerupai dirinya, dan berkata kepadanya seperti yang dia katakan kepada yang pernah menderita lepra, serta ditolaknya sebagaimana telah ditolak oleh yang pertama itu. Maka berkatalah malaikat yang menyerupai dirinya itu kepadanya: Jika Anda berkata dusta, niscaya Allah akan mengembalikan Anda kepada keadaan Anda semula.
Terakhir malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta dengan menyerupai dirinya pula, dan berkata kepadanya: "Aku adalah orang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak akan dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan Anda, aku meminta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku." Orang itu menjawab: "Sungguh, aku dahulu buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang Anda sukai dan tinggalkan apa yang Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan supaya mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah." Malaikat yang menyerupai orang buta itu pun berkata: "Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanyalah diuji oleh Allah. Allah telah rela kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Kandungan tulisan ini:
1. Tafsiran ayat tersebut di atas. Ayat tersebut menunjukkan kewajiban mensyukuri ni'mat Allah dan mengakui bahwa ni'mat tersebut semata-mata berasal dari Allah; dan menunjukkan pula bahwa kata-kata seseorang terhadap ni'mat Allah yang dikaruniakan kepadanya: "Ini adalah hak yang patut kuterima, karena usahaku" adalah dilarang dan tidak sesuai dengan kesempurnaan tauhid.
2. Apa pengertian dari firman Allah: "...pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku..."."
3. Dan apa pengertian dari firman Allah: "Sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku."
4. Kisah menarik, sebagaimana terkandung dalam hadits, berisi pelajaran-pelajaran yang berharga sekali.

(Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)


Baca Selengkapnya...

Tips Merubah Nasib


Di suatu perjalanan dari Sukabumi menuju Jakarta, 3 bulan yang lalu, sebelum bulan Romadhon

Saat tertidur di perjalanan, terbangunlah Ust. Yusuf (di bangunkan Alloh SWT) dengan rasa kepingin pipis. Tidak jauh di depan ada sebuah SPBU, diputuskanlah untuk buang air kecil di SPBU tersebut.

Setelah mobil di parker dan turun dari mobil, terlihat berlari tergopoh-gopoh seorang satpam SPBU menghampirinya.”Assalammualaikum pak ustad” salam si satpam. “waalaikumsalam”, ustad menjawab. “begini pak ustad saya ingin cerita alias ngobrol-ngobrol dengan pak ustad”, sambar si satpam. “oh ya pak nanti ya setelah saya buang air kecil, tunggu dulu aja disini sebentar”,kata ustad Yusuf sembari dia berjalan menuju toilet. Akan tetapi si satpam bukannya menunggu malahan dia mengikuti di belakang ustad, si Ustad pun mengulangi perkataannya,”pak tunggu aja sebentar ga lama ko”. Si satpampun nyengir sembari berkata,”saya mau solat asar dulu pak”. Ustad melihat jam tangannya yang menunjuk jam 16.55.”baru mau solat asar? Ya sudah cepet waktu asar bentar lagi habis”. “ya pak, waktu tugas saya baru selesai jadi baru sempet solat”,jawab si satpam.

Di dalam toilet setelah selesai buang air kecil ustad Yusuf merenenung, “tadi tertidur terus kebangun karena pingin pipis, pas ada SPBU, terus mampir, terus ketemu si satpam. Pasti Alloh SWT sudah menjodohkan saya dengan si satpam itu tadi. Ya sudah akan saya dengar dia mau cerita apa.”

Ustad Yusuf di ajak ngobrol di kantin SPBU
“Begini pak ustad saya udah bosen kerja di sini, saya ga betah”, kata si satpam
“lho ga betah? Udah berapa lama kerja di sini?”, Tanya Ustad
“udah 7 tahun pak”, jawab si satpam
“nah itu betah namanya,kerja udah 7 tahun”, kata ustad lagi
“bukan gitu pak, habis ga ada kerjaan lain pak”,
“terus kenapa bisa ga betah?”
“gajinya kecil pak ustad”
“emang berapa gaji?”
“gaji perbulan saya 1,7 jt”
“Alhamdulillah, segitu kurang pak?, bapak udah punya istri dan anak? pasti ada yang salah dengan anda?”, sambar Ustad Yusuf
Si satpampun nyengir kuda,”hehe,saya ambil motor pak dan saya punya istri dan seorang anak”
“ya benar tebakan saya, emang uang cicilannya berapa per bulan?”
“925.000 per bulan pak”. (pantes aja gaji kagak cukup,itu namanya besar pasak dari pada tiang)
“saya pingin hidup saya berubah pak ustad ga gini-gini aja”, lanjut si satpam.
“ada 2 syarat kalau anda pingin berubah. Yang pertama benerin dulu tuh solat anda, bagai mana mau berubah kalo solat aja telat. Solatlah tepat pada waktunya, begitu suara adzan terdengar maka berhentilah dari semua aktivitas, bergegas ambil wudhu dan kerjakaan sholat.”
Sholat asar kurang lebih jam 15.00, tapi anda mengerjakan pukul 17.00, berarti anda telat 2 jam. Sehari 5 waktu sholat, 2 x 5 = 10 jam, sebulan 10 x 30 = 300 jam (12,5 hari), setahun 12,5 x 12 = 150 hari (5 bln), masa kerja 7 x 5 = 35 bln (3 th). Itu baru di kali waktu kerja anda 7 thn di SPBU, kalo di kali umur anda sesudah masa baligh sampe sekarang? Udah habis waktu anda sia-siakan, percepatan waktu anda jelas kalah dengan teman-teman anda, sodara-sodara anda yang menunaikan ibadah solat tepat pada waktunya. Yang lain udah naik pesawat, anda masih naik sepeda aja. Yang lain udah hidup enak anda maasih gini-gini aja.”, papar ustad Yusuf
Sambil manthuk-manthuk si satpam bertanya lagi,”syarat yang ke 2 apa pak ustad?”.
“yang ke 2 berinfak dan bersodakohlah kamu, sisihkanlah dari penghasilan anda”.
Si satpampun nyamber,”OK pak saya mau benerin solat saya tapi untuk syarat yang ke 2 saya ga sanggup pak ustad, gimana mau infak dan sodakoh? Penghasilan saya aja pas-pasan bahkan kurang pak ustad”.
Sambil geleng-geleng pak ustad berkata,“semua makhluk yang ada di jagat raya ini sudah di atur rejekinya masing-masing oleh Alloh SWT, hewan-hewan dan tumbuhan tak terkecuali. Jangankan orang yang bekerja, pengangguran aja sudah di bagi rejekinya, apalagi yang bekerja, saya mau nanya, mana ada sekarang pengangguran yang tidak makan sehari-harinya?? Pasti makan, kalo ada yang tidak atau kurang makan, silahkan datang ke rumah saya untuk makan. Namanya syarat berari wajib, mau berubah nasibnya ga?, gini aja anda bilang ke atasan, bon dulu uang gaji bulan depan untuk infak dan sodakoh”. Si satpam terbengong-bengong, pertentangan batin sangatlah kuat antara iklas dan tidak, pecahlah itu perang baratayudha di dalam hatinya. Dan akhirnya sambil menghela nafas panjang si satpam berkata,”baiklah pak ustad 2 syarat tadi akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya, terimakasih pak ustad saya udah mengganggu waktu ustad.
“Alhamdulillah, tidak apa-apa, lakukanlah syarat tadi dengan semata-mata mengharap ridho Alloh SWT.”

Berpisahlah si satpam dengan Ustad Yusuf Mansyur.

Malam harinya si satpam gendu-gendu rasa dengan istrinya, apa-apa yang sudah di obrolin dengan Ustad Yusuf. Alhamdulillah sang istripun mendukung niatan dari suaminya dengan penuh hati.

Kemudian Pagi harinya si satpam menghadap kepada komandannya,
“ndan, saya mau ngebon uang gaji saya bulan depan, boleh ga ndan?”
“boleh aja tapi alasannya buat apa?” Tanya balik si komandan
Si satpam pun terdiam, iya iya buat apa? Masa alasan ngebon untuk infak dan sodakoh, kan ga lucu.
“heh di Tanya ko malah diam!!”, komandan menyentak
“ya ndan kemarin saya ketemu ustad yusuf mansyur, syarat untuk merubah nasib saya salah satunya bersodakoh, jadi saya ngebon mau buat sodakoh ndan”, jawabnya dengan lirih dan agak malu-malu.
“oh buat sodakoh, OK tapi nanti ya saya Tanya boz besar dulu, kan dia yang meng-ACC”.
Si komandan pun langsung bergegas menghadap boz untuk mengutarakan hajat si satpam anak buahnya.
“pagi boz, gini salah satu satpam anak buah saya, mau ngebon uang gajinya bulan depan mau di gunakan untuk sodakoh, di ACC ga boz?”
“mau buat sodakoh?” sambil mantuk-mantuk dan cengar-cengir si boz menyambar lagi,”ya boleh, akan saya kasih dia bon gaji bulan depan, saya pingin tau apakah dia bener-bener mau buat sodakoh, kalo bulan depannya dia bon lagi untuk bulan depannya lagi berarti dia gagal. Biar saya tunggu dia menghadap lagi ga bulan depan untuk ngebon.”

Singkat cerita si satpam udah mendapatkan uangnya dan telah menghabiskannya untuk berinfak dan sodakoh bagi sodar-sodara dan tetangganya yang kurang mampu.

Hari-hari pun berlalu, sampai tibalah di bulan yang baru. Alhamdulillah semua teman-temannya pada gajian, sendiri-sendiri ga gajian, karena bulan lalu udah di bon. Tapi hari demi hari berlalu, seorang teman satpamnya bertanya-tanya apakah si satpam itu tadi hidupnya serba kekurangan atau tidak, temannya pun melakukan survey, oh ternyata si satpam telah menjual motornya, pantes lempeng aja dia. Si bos pun terus bertanya-tanya sambil menunggu si satpam kenapa ga datang-datang lagi, lempeng amat tu bocah ya, merasa penasaran si bos pun memanggil si satpam untuk menghadapnya di kantin.

“gimana mau ngebon lagi ga untuk bulan depan, kan uang bulan ini udah ga ada?” tantang si bos.
“Alhamdulilah ga pak bos.”
Tiba-tiba temennya nyeletuk dari belakang,”dia abis jual motornya boz”.
“oh abis jual motor, pantes ka gak ngebon lagi.”
“ga bos saya jual motor ga buat saya dan keluarga makan bos, tetapi saya jual untuk menambahi sodakoh saya!”.elak si satpam
Tambah terbengong-bengong si bos dan penasaran,
“gini bos saya ceritain, selepas saya bersodakoh hari-hari terakhir di bulan lalu saya sempet terbesit di hati rasa was-was dan gundah. Mau makan apa saya dan keluarga saya bulan depan. Eh di awal bulan kemaren Alhamdulillah nama istri saya nyangkut di surat warisan keluarga di kampung, di situ tertera angka 17jt untuk istri saya”.
Si bos pun nyamber lagi.”lah kenapa kamu jual itu motor?”
“saya malu sama ustad yusuf, seandainya pada saat itu saya jual motor untuk sodakoh pasti Alloh SWT akan membalasnya dengan lebih besar lagi. Alhamdulillah sekarang saya dan istri punya warung sembako di rumah sebagai usaha sampingan, semoga dengan ini nasib saya sedikit-sedikit akan berubah menjadi baik dan lebih mulia di mata Alloh SWT ”.
“Amin,”

Semoga dari cerita nyata ini dapat memotifasi teman-teman, bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mencontoh si satpam tadi. Ada 2 syarat jika anda sekalian ingin merubah nasib anda di muka bumi ini dan mulia di mata Alloh SWT:
1. Sholat tepat waktu
2. Berinfak dan bersodakohlah dalam keadaan lapang maupun sempit dengan iklas.

Kedua syarat tersebut dilakukan dengan semata-mata untuk mendapat ridho Alloh SWT.
(Narasumber: Ust. Yusuf Mansyur)

Baca Selengkapnya...